Banyak tradisi lebaran di Indonesia berdasarkan hal-hal baik tapi bila di akumulasi akan menjadi hal yang buruk, dan contoh yang paling ekstrim adalah mudik lebaran. Silaturahmi dengan keluarga di kampung adalah baik, tapi bila semua orang ingin melakukannya secara serentak/bersamaan maka hasilnya dapat ditebak: SEMRAWUT!
Coba bayangkan, bila seorang pemudik adalah seseorang yang ingin kencing. Bila cuma 5-10 orang yang ingin kencing mungkin bisa antri WC, tapi bila semua orang hingga puluhan atau ratusan ribu orang ingin kencing pada saat yang bersamaan ?! Dengan jumlah WC yang tidak sebanding dengan jumlah orang... bayangkan saja sendiri deh gimana tuh jadinya.. :D
Selain itu, kerumitan yang terjadi tidak hanya bagi pemudik, tetapi juga bagi masyarakat / kota yang daerahnya dilalui pemudik, dan tentu saja bagi pemerintah..
Lebih herannya lagi para pemudik bersedia bersusah-susah, berjejalan, kehilangan uang lebih banyak, dan bermacam alasan merugikan lainnya.. sampai bahkan harus siap-siap kehilangan nyawanya tetapi para pemudik tetap saja memiliki satu tujuan utama : pulang kampung!
Yang dirasakan oleh pemudik dengan semua “perjuangan” pulang kampungnya akan terobati setelah bertemu dengan, anak-istri dan sanak keluarganya, dan setelah beberapa hari di kampung, akan kembali “berjuang” dalam arus balik…
Kalo kata di TV sih...
INI NYATA! HANYA ADA DI INDONESIA …!
:D
Saran saya buat pemudik :
Marilah kita mudik pada saat tidak terjadi lonjakan penumpang atau kesemrawutan. Pikirkanlah keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan biaya yang harus dikeluarkan. Toh dari 365 hari dalam 1 tahun, kita lebih banyak mengabiskan waktu dengan para tetangga di sekitar rumah kita dari pada dengan sanak saudara kita di kampung, jadi sewajarnya kita bermaaf-maafan terlebih dahulu dengan para tetangga kita.
Tetapi bagi yang bersikeras ingin bermudik ria, berhati-hatilah di jalan dan semoga selamat sampai di tujuan.
aimyaya
Coba bayangkan, bila seorang pemudik adalah seseorang yang ingin kencing. Bila cuma 5-10 orang yang ingin kencing mungkin bisa antri WC, tapi bila semua orang hingga puluhan atau ratusan ribu orang ingin kencing pada saat yang bersamaan ?! Dengan jumlah WC yang tidak sebanding dengan jumlah orang... bayangkan saja sendiri deh gimana tuh jadinya.. :D
Selain itu, kerumitan yang terjadi tidak hanya bagi pemudik, tetapi juga bagi masyarakat / kota yang daerahnya dilalui pemudik, dan tentu saja bagi pemerintah..
Lebih herannya lagi para pemudik bersedia bersusah-susah, berjejalan, kehilangan uang lebih banyak, dan bermacam alasan merugikan lainnya.. sampai bahkan harus siap-siap kehilangan nyawanya tetapi para pemudik tetap saja memiliki satu tujuan utama : pulang kampung!
Yang dirasakan oleh pemudik dengan semua “perjuangan” pulang kampungnya akan terobati setelah bertemu dengan, anak-istri dan sanak keluarganya, dan setelah beberapa hari di kampung, akan kembali “berjuang” dalam arus balik…
Kalo kata di TV sih...
INI NYATA! HANYA ADA DI INDONESIA …!
:D
Saran saya buat pemudik :
Marilah kita mudik pada saat tidak terjadi lonjakan penumpang atau kesemrawutan. Pikirkanlah keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan biaya yang harus dikeluarkan. Toh dari 365 hari dalam 1 tahun, kita lebih banyak mengabiskan waktu dengan para tetangga di sekitar rumah kita dari pada dengan sanak saudara kita di kampung, jadi sewajarnya kita bermaaf-maafan terlebih dahulu dengan para tetangga kita.
Tetapi bagi yang bersikeras ingin bermudik ria, berhati-hatilah di jalan dan semoga selamat sampai di tujuan.
aimyaya